Senin, 28 April 2014

Rumah Adat Bali

Bali, Sebuah tempat yang begitu indah alamnya dan begitu terasa budayanya. Tidak salah jika Bali selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Salah satu unsur kebudayaan yang sangat unik adalah rumah adat bali. Keunikannya dapat membuat wisatawan nyaman berada di rumah ini.
Rumah Adat Bali
Rumah Adat Bali
Rumah adat merupakan representasi dari kemajuan masyarakat dalam sebuah peradaban. Ada sejarah, filosofi, makna, dan fungsi yang mendalam dari setiap rumah adat. Rumah adat Bali dibangun dengan aturan Asta Kosala Kosali( aturan tata letak ruangan dan bangunan dalam Kitab Weda).
Filosofi yang terkandung adalah kedinamisan dalam hidup akan terwujud jika terciptanya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan parahyangan. Oleh karena itu, pembangunan rumah adat harus memenuhi aspek-aspek tersebut atau yang disebut Tri hita Karana. Pawongan maksudnya adalah si penghuni rumah. palemahan maksudnya adalah harus tercipta hubungan baik antara penghuni dengan lingkungan. Parahyangan berabri ada hubungannya dengan sang pencipta.

Gambaran umum dari arsitektur rumah Bali biasanya banyak dihiasi dengan peralatan, ukiran, dan perwarnaan yang khas. Semua detail tersebut memiliki makna yang tersimpan. Selain untuk mempercantik, biasanya tambahan tersebut ditujukan untuk ritual tertentu. Jika dilihat dari sisi geografis, ada dua jenis rumah di bali yaitu rumah adat yang berada di daerah dataran tinggi dan rumah adat di daerah dataran rendah. Rumah yang berada di daerah dataran tinggi pada umumnya berukuran kecil, dan memiliki jumlah ventilasi yang lebih sedikit, dan beratap rendah. Ini dimaksudkan untuk menjaga suhu ruangan tetap hangat. Selain itu pekarangan rumah juga lebih sempit disebabkan kontur tanah yang tidak rata. Aktivitas sehari-hari seperti memasak, tidur, hingga ritual keagamaan dilakukan didalam rumah.
Rumah adat bali yang terletak di daerah dataran rendah pada umumny memilki ciri sebaliknya, memiliki banyak ruang terbuka, beratap tinggi, dan berpekarangan luas. Seperti bale daja untuk ruang tidur dan menerima tamu penting, bale dauh untuk ruang tidur dan menerima tamu dari kalangan biasa, bale dangin untuk upacara, dapur untuk memasak, njineng untuk lumbung padi, dan tempat suci untuk pemujaan. Rumah keturunan keluarga raja dan brahmana pekarangannya dibagi menjadi tiga bagian yaitu njaba sisi (pekarangan depan), njaba tengah (pekarangan tengah) dan njero (pekarangan untuk tempat tinggal).
Proses pembangunan dimulai dengan pengukuran tanah yang biasa disebut dengan nyikut karang. Kemudian dilaksanakan caru pengerukan karang, adalah ritual persembahan kurban & mohon izin untuk mendirikan rumah hampir sama seperti meembangun rumah adat jawa. Upacara ritual dilakukan peletakan batu pertama yang disebut nasarin, bertujuan untuk memohon kekuatan pada bumi pertiwi agar nanti bangunan rumah menjadi kuat dan kokoh serta pekerja atau tukang dilakukan upacara prayascita untuk memohon bimbingan dan keselamatan dalam bekerja. Jika seluruh ritual sudah dijalankan barulah pembangunan dimulai. Masyarakat Bali selalu memulai dan mengakhiri suatu pembangunan dengan upacara atau ritual. Semua ritual diatas pada intinya bertujuan memberi kharisma pada rumah yang akan didirikan dan untuk menjaga keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, & manusia dengan lingkungannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar